Rabu, 29 April 2009

Pemimpin oh pemimpin.........

Diskusi hangat: Bagaimana kalau Pilihan kita Jatuh pada Pemimpin yang Zalim?

Jika kita mengakui bahwa para nabi dan rasul termasuk Rasulullah saw
adalah para pemimpin ilahiah, maka:
1. Siapakah yang memilih mereka? Allah saw atau kaum (rakyat)nya?
2. Mengapa kita harus membuat sistem politik sendiri? sistem
demokrasi, bukankah ini bersumber dari pernyataan zionis "Suara rakyat
suara Tuhan"?
3. Adakah suatu dalil dari Al-Qur'an atau hadis yang menunjukkan bahwa
pemimpin tertinggi negara mesti dipilih oleh rakyat? Atau adakah
contoh politik praktis dari nabi dan rasul dari dulu hingga Rasulullah
saw yg kepemimpinannya dipilih oleh kaum (rakyat)nya?
4. Jika tidak ada satu pun dalil yg menunjukkan pada poin (3), maka
itu namanya ijtihad sendiri dalam hal sistem politik. Siapakah yg
berijtihad dalam hal ini? Sudahkah yg berijtihad itu memenuhi
persyaratan ijtihad? Jika tidak, maka dari awal langkahnya sudah
batil. Jika itu batil, maka semua pengikutnya adalah batil alias dosa.
5. Mana yg lebih beresiko: Memilih atau tidak memilih? Kecuali ada
otoritas ulama yang bertanggung jawab.
6. Sebenarnya sistem politik Islam pemimpinnya dipilih oleh rakyat
(demokrasi)? Atau musyawarah? Atau pilihan Ilahiah?



Diskusi Hangat: Benarkah Khilafah Islamiyah menjamin tegaknya keadilan dan Kebenaran?

Dalam menjelaskan sistem pemerintahan Ilahiah Al-Qur’an menggunakan
beberapa istilah antara lain: Khilafah, Imamah, wilayah, imarah,
mamlakah (kerajaan). Khilafah orangnya khalifah artinya pengganti atau
penerus; Imamah, imam artinya panutan, yang didepan, pemimpin;
Wilayah, wali artinya kekasih, pelindung, penolong, yang diikuti,
pemimpin; Imarah, amir artinya yang memerintah, pemimpin; Mamlakah,
malik artinya raja.

Kata khilafah misalnya disebutkan dalam surat Al-Baqarah: 30; kata
Imamah dalam surat Al-Baqarah: 124; kata wilayah dalam surat Al-
Maidah: 55; kata Imarah dalam surat An-Nisa’: 59; Mamlakah (kerajaan)
misalnya dalam surat Al-Baqarah: 247, Ali-Imran: 26.

Semua istilah tersebut merujuk pada sistem pemerintahan Ilahiah.
Pemerintahan yang dimaksudkan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan
sesuai dengan kehendak Allah Yang Maha Adil dan Maha Benar; untuk
menyebarkan dan mendistribusikan kesejahteraan pada semua lapisan umat
manusia sesuai dengan keinginan Allah Yang Maha Dermawan, Maha Kasih
dan Maha Sayang.

Sebagian kaum muslimin yakni Hizbut Tahrir sangat getol memperjuangkan
sistem pemerintah Ilahiyah dengan istilah “Khilafah Islamiyah”. Mereka
memperjuang sistem pemerintahan ini dengan semangat yg tak kenal lenah
dan kompromi. Bahkan terkesan bahwa sistem yang lain apapun bentuknya
sebagai pemerintahan Thaghut. Mereka ingin mencontoh khalifah-khalifah
sebelumnya. Mereka mengkampanyekan di setiap kesempatan.

Untuk itu perlu kita diskusikan, sharing ilmu, dan menambah wawasan
tentangnya, antara lain:

1. Dapatkan sistem Khilafah Islamiyah puncak kepemimpinannya diduduki
oleh siapa saja? Atau dengan PEMILU atau MUSYAWARA?
2. Siapakah yang dimaksudkan khalifah, penerus Nabi saw untuk
menjalankan roda pemerintahan Ilahiyah tersebut?
3. Benarkah para khalifah terdahulu itu telah mewujudkan keadilan dan
kebenaran seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw?
4. Apa istilah dan sistem yang digunakan oleh Rasulullah saw dalam
pemerintahannya: Khilafah, wilayah, Imamah, atau kerajaan seperti Nabi
Sulaiman dan Dawud?
5. Bolehkan sistem khilafah pasca Rasulullah saw diselenggarakan
dengan musyawarah dan demokrasi?
6. Benarkah Khilafah Islamiyah yang diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir
konsep dan sistemnya sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah dan
Rasul-Nya?
7. Bolehkah sistem pemerintahan Ilahiyah menggunakan istilah lain
sebagaimana telah disebutkan, misalnya: wilayah Islamiyah, mamlakah
Islamiyah (kerajaan Islam), dan lainnya?
8. Apakah sistem khilafah Islamiyah pasca Rasulullah saw jumlah
khalifahnya tidak dibatasi oleh Allah dan Rasul-Nya sampai akhir
zaman? Jika tidak dibatasi bagaimana dengan hadis Rasulullah saw
berikut ini:

“Sesungguhnya persoalan ini (khilafah Islamiyah) tidak akan tercapai
sehingga ia berada di bawah kepemimpinan 12 khalifah.” Kemudian
Rasulullah saw mengucapkan suatu kalimat yang tidak jelas bagiku. Lalu
aku bertanya kepada ayahku tentang apa yang diucapkan oleh beliau.
Ayahku berkata bahwa Nabi saw bersabda: “Semuanya dari suku Quraisy.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Jabir bin Sammarah (Shahih Muslim 2, bab
mengikuti suku Quraisy)





Prediksi Falakiyah terhadap Kalah-Menang Dalam Perpolitikan

Akhir-akhir ini bangsa Indonesia, khususnya para politisi, sedang
sibuk mengosong Capres dan Cawapres. Siapakah di antara mereka yang
akan memang menjadi Presiden RI?

Pala ulama terdahulu dalam kitab-kitab klasiknya seperti Mujarrbat
Imamiyah dan Syamsul Ma’arif, telah membuat rumus-rumusan antara lain
tentang Menang dan Kalah dalam perpolitikan dan kekuasaan. Berikut ini
salah satu rumus dan Cara menghitungnya:

Hitunglah, misalnya dua nama calon wapres, berdasarkan huruf ABJADUN:

Untuk mengetahui kalah dan menang antara dua perlawanan, jumlahkan
masing-masing namanya kemudian dibagi 9 (sembilan):
(A) Jika jumlah sisanya beda dan keduanya genap, maka angka yang lebih
kecil menang.
(B) Jika jumlah sisanya beda dan keduanya ganjil, maka angka yang
lebih kecil menang.
(C) Jika jumlah sisanya beda, yang satu genap dan yang lain ganjil,
maka angka yang besar menang.
(D) Jika jumlah sisanya sama dan kedua genap, maka yang dilawan
(ditantang) menang.
(E) Jika jumlah sisanya sama dan kedua ganjil, maka yang melawan
(menantang) menang.

Contoh: Dawud (داود) dan Jalud (جالود). Musa (موسى) dan (فرعون ).
Jumlah huruf nama Dawud (15), nama Jalud (44). Setelah masing-masing
dibagi (9), sisa nama Dawud (6) nama Jalud (8). Kemudian lihat rumusan
di atas, ternyata (A), yaitu Nabi Dawud (as) menang.

Jumlah huruf nama Musa (116), nama Fir’un (406). Setelah masing-masing
dibagi (9) sisa nama Musa (8) dan nama Fir’un (1). Kemudian lihat
rumusan di atas, ternyata (C)) yaitu Nabi Musa (as).

Dengan rumus perhitungan tersebut kita dapat memprediksinya jauh-jauh
hari disamping kita memperhitungkan sebab2 materialnya. Cobalah kita
hitung nama lengkap Capres2 kita: SBY, Megawati, Jusuf Kalla, dan
lainnya. Dan coba hitungan kerasian pasangan Capres dan Cawapres,
perhitungannya agak beda.

NILAI ANGKA HURUF ABAJADUN:
ا = 1; ب = 2; ج = 3; د= 4; ه = 5; و = 6; ز = 7; ح = 8; ط = 9; ي = 10.

Senin, 06 April 2009

Kamis, 05 Maret 2009

PENEGAK MAZHAB UKHUWAH

Ditulis pada April 23, 2008 oleh kajianislam
PENEGAK MAZHAB UKHUWAH

Hari ini, 13 Rajab, sekitar 14 abad lalu, lahir seorang anak di dalam Ka`bah. Ibunya menamainya Haydhar (Singa). Muhammad saw, yang kelak menjadi guru dan saudara setianya, menamainya Ali. Ketika keadaan ekonomi keluarga Abu Thalib melemah, Muham­mad saw. membawa Ali ke rumah. Dia tumbuh besar di samping Mu­hammad Rasulullah saw. Tidak jarang dia tidur satu ranjang de­ngan Rasulullah saw. Ketika kecil, dia menghangatkan badannya dan merapatkannya ke tubuh Nabi. “Aku tidak pernah melupakan semerbak tubuh Rasul,” kata Ali kemudian hari.

Setelah dewasa, dia sering duduk di samping Nabi, menghangatkan nyala iman di hatinya. Dia anak muda yang hampir seluruh hidupnya belajar di “Universitas” Nabawi. Dia tumbuh dalam asuhan wahyu. Dia diwisuda di Ghadir Khum pads 14 Hijri, dan disumpah untuk melanjutkan ajaran gurunya. Nabi melantiknya dan melingkarkan serban hitam (al-sahab) di kepalanya. “Man kuntu mawlah, fa `aliyun mawlah,” seru Rasulullah saw. di depan puluhan ribu jamaah haji. Sepanjang sejarah, ribuan orang saleh menggemakan ucapan Nabi itu: Man kuntu mawlah, fa `aliyun mawlah (Siapa yang menjadikan aku sebagai mawla-nya, hendaknya Ali pun men­jadi mawla-nya pula).

Apa arti mawla? Menurut kamus, mawla artinya pemimpin, pelindung, sahabat, kekasih. Secara singkat, mawla berarti rujukan. Siapa yang merujuk kepada Rasulullah saw. dalam pikiran dan perilaku hendaknya merujuk juga kepada Ali. Mazhab Ali adalah mazhab Rasulullah saw. “Hai Ali, kedudukanmu terhadapku sama seperti kedudukan Harun terhadap Musa a.s.,” kata Nabi meyakin­kan Ali dan setiap kaum Mukmin.

Jabir bin Abdullah, seperti dikisahkan kembali oleh Jala­luddin Al-Suyuthi dalam Al-Durr Al-Mantsur, bercerita: Suatu hari kami berkumpul bersama Nabi saw. Ali datang. Nabi berkata: “Demi Allah yang diriku berada di dalam kekuasaannya, sesung­guhnya orang ini dan pengikutnya adalah orang-orang yang ber­untung pada Hari Kiamat nanti.” Lalu turunlah ayat, Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, merekalah makhluk yang paling baik (khayrul-bariyyah) (QS 98:7). Sejak saat itu, setiap kali Ali lewat, para sahabat berkata: Telah datang khayr-ul-bariyyah.

Ketika Aisyah r.a. ditanya tentang akhlak Nabi, dia men­jawab: “Akhlak Nabi itu Al-Quran.” Bila para sahabat Nabi di­tanya bagaimana akhlak Ali, mereka akan berkata: “Akhlak Ali itu akhlak Rasulullah saw.” Bila kita ditanya bagaimana akhlak Mukmin yang saleh (khayrul-bariyyah), kita akan menjawab: “Akhlaknya Ali bin Abi Thalib.”

Bagaimana akhlak Ali? Musthafa Bek Najib dari Universitas Al-Azhar, Kairo, menulis dalam Himayat Al-Islam, “Apa yang harus dikatakan mengenai Imam ini? Amatlah sulit menjelaskan akhlak dan sifat-sifatnya. Cukuplah dikatakan bahwa Nabi saw. menyebut dia sebagai pintu ilmu dan hikmah. Dia orang yang paling berilmu, paling berani, dan paling fasih berbicara. Ketakwa­annya, kecintaannya kepada Allah, keikhlasan dan keteguhan imannya mencapai tingkat yang begitu tinggi, sehingga orang lain sukar menyamainya. Dia adalah politikus besar karena dia mem­benci diplomasi dan mencintai kebenaran dan keadilan.

Kebijakannya adalah kebijakan yang diajarkan Tuhan. Karena kearifannya dan karena pengetahuannya tentang jiwa manusia, dia hampir selalu mencapai kesimpulan yang benar dan tidak pernah membuang pendapatnya. Keputusannya adalah keputusan yang terbaik. Seandainya dia tidak takut kepada Allah, dia akan menjadi diplomat Arab terbesar.

Dia dicintai oleh semua orang. Di hati setiap orang ada tempat untuk Ali. Dia orang yang memiliki akhlak yang begitu tinggi dan mulia serta sifat-sifat yang begitu piawai sehingga banyak orang terpelajar tersesat dan mem­bayangkannya sebagai inkarnasi Tuhan. Sebagian orang Yahudi dan Nashara mencintainya. Para filosof yang telah mengenalinya tunduk di hadapan keluasan ilmunya. Raja-raja Romawi meng­gantungkan gambarnya di istana-istana mereka dan para prajurit agung mengukirkan namanya di pedang-pedang mereka.”

Filosof Mesir ini mungkin akan dianggap mengkultuskan Ali oleh orang-orang yang tidak mengenalnya. Lukisannya yang panjang dapat disimpulkan dalam satu kalimat: Ali adalah penegak Mazhab Akhlak. Mazhab ini mengajarkan prinsip akhlak untuk menilai manusia. Orang tidak boleh dihargai -atau dikecam- karena pendapatnya, apalagi karena kekayaan, keturunan, dan kedudukannya. Setiap orang memperoleh derajat sesuai dengan amalnya. (QS 6:132)

Ketika Imam Al-Askari, cucu Ali, ditanya tentang tanda-­tanda pengikut Ali, dia menjawab: “Pengikut Ali adalah orang yang berjuang di jalan Allah; mereka tidak peduli apakah maut menjemput mereka, atau mereka menjemput maut. Pengikut Ali adalah mereka yang mendahulukan saudara-saudara mereka, walaupun mereka sendiri kepayahan. Kamu tidak akan melihat di dalam diri mereka perilaku yang dilarang Allah. Kamu tidak akan kehilangan perilaku yang diperintahkan Allah di dalam diri mereka. Pengikut Ali adalah mereka yang mengikuti Ali dalam memuliakan saudara-saudaranya yang Muslim.”

Ja’far Al-Shadiq (cucu Ali) mendefinisikan pengikut mazhab Ali sebagai “Orang yang memberikan apa yang dipandang baik dan menahan apa yang dipandang jelek, menampakkan yang indah dan bersegera, melakukan hal-hal yang mulia.”

Bila mazhab Ali adalah mazhab Islam juga, apakah semua orang Islam adalah pengikut mazhab Ali? jawabannya tidak. Bila orang Islam itu mengukur orang lain dari aliran pikirannya, dari pendapatnya, dari golongannya, bukan dari amalnya, maka dia bukan pengikut mazhab Ali. Bila orang Islam itu membanggakan kelompoknya, mengecam dan mencaci kelompok yang lain, seraya tidak menunjukkan prestasi dan amal yang mulia, maka dia bukan pengikut Ali.

Banyak orang menyebut Syi`ah sebagai pengikut Ali. Apakah semua Syi`ah itu bermazhab Ali? Tidak. Orang Syi`ah yang merasa diri paling benar tetapi berakhlak rendah, yang memperbesar per­bedaan pendapat tetapi lupa meningkatkan kualitas pribadinya, yang memuji-muji Ali tetapi tidak menirunya, bukanlah pengikut Ali. Orang Syi`ah yang eksklusif, memisahkan diri dari jamaah kaum Muslim, meremehkan Ahlu-Sunnah, juga bukan pengikut Ali.

Ahlu-Sunnah menjadi pengikut Ali ketika ia berlomba-lomba melakukan kebaikan, menyucikan dirinya dari kemaksiatan, meng­hindari kecaman terhadap golongan yang tidak satu paham, dan -sekali lagi- hanya mengukur baik-buruknya orang dari akhlaknya.

Karen status manusia ditetapkan oleh akhlaknya, maka fanatisme golongan (taashshub) tidak ada dalam mazhab Ali. Akibatnya, mazhab Ali adalah mazhab ukhuwwah. Ketika Abu Bakar menjadi khalifah, Abu Sufyan menawarkan bantuan kepada Ali untuk merebut kekuasaan. Ali menolaknya. Dia tidak setuju dengan pemilihan Abu Bakar yang terburu-buru, tetapi dia juga tidak ingin merusak keutuhan umat. Ketika istrinya, Fathimah binti Rasulullah, menuntut tanah Fadak dari Abu Bakar, Ali mem­bantunya. Untuk menjaga perasaan istrinya, Ali menangguhkan bay `ah kepada Abu Bakar sampai Fathimah wafat.

Ketika Ali menjadi khalifah, Aisyah, Zubayr, dan Thalhah memimpin gerakan perlawanan. Ali tidak segera melakukan tindakan represif. Utusan dikirim kepada Aisyah untuk mencari jalan damai. Utusan itu gagal. Di medan pertempuran, ketika Thalhah dan Zubayr mengajaknya bertanding, Ali datang dengan tangan kosong. Dengan lemah lembut dia mengingatkan Zubayr akan wasiat Nabi. Zubayr terharu, dan memeluk Ali dengan me­nangis. Thalhah juga disambut Ali dengan nasihat. Ketika pasukan Aisyah kalah, Ali mengamanatkan pasukannya agar menghormati Ummul-Mu’minin itu. Aisyah dikembalikan ke Madinah dengan penuh penghormatan dan perlindungan.

Kepada Mu`awiyah yang sejak awal melakukan intrik-intrik untuk menyingkirkan Ali, Ali masih juga mengirim Surat berisi nasihat. Di medan Shiffin, ketika pasukan Ali hampir menang, Ali dapat saja menghancurkan pasukan Mu`awiyah. Tetapi, ketika Al-Quran diangkat, musuh mengajak berdamai, Ali menghentikan peperangan. Bagi Ali, perdamaian di antara kaum Muslim adalah puncak kemenangan.
Pada masa pemerintahannya, seorang di antara rakyatnya mengkritik Ali. “Dahulu, ketika Abu Bakar dan Umar memerin­tah, tidak terjadi perpecahan Islam seperti sekarang, tapi berbeda dengan ketika engkau memerintah.” Ali membalas ucapan itu dengan cepat, “Dahulu Abu Bakar dan Umar memerintah orang seperti aku; sedangkan sekarang aku memerintah orang seperti k amu! ”


______________
Oleh: KH. Jalaluddin Rakhmat
Dalam bukunya “Islam Aktual” hal.: 34-37

Senin, 02 Maret 2009

“Aku Membenci Kebenaran dan Menyukai Fitnah”

“Bagaimana engkau menginginkanku pagi hari ini? Pagi ini, demi Allah, aku membenci kebenaran, menyukai fitnah, bersaksi dengan apa yang tidak aku lihat, menghafal selain makhluk, bershalat tanpa wudhu, di bumi aku memiliki sesuatu yang tidak dimiliki Allah.”

———————————————————

“Aku Membenci Kebenaran dan Menyukai Fitnah”

Allamah Kanji Syafi’i meriwayatkan melalui sanadnya dari Huzaifah bin Yaman yang bertemu Umar bin Khatab. Saat itu Umar bin Khatab bertanya kepadanya, “Bagaimana kabarmu pagi ini, wahai Ibnu Yaman?”

Dia menjawab, “Bagaimana engkau menginginkanku pagi hari ini? Pagi ini, demi Allah, aku membenci kebenaran, menyukai fitnah, bersaksi dengan apa yang tidak aku lihat, menghafal selain makhluk, bershalat tanpa wudhu, di bumi aku memiliki sesuatu yang tidak dimiliki Allah.”

Maka Umar bin Khatab marah mendengar jawabannya dan segera berlalu darinya. Umar bin Khatab bertekad menghukumi Huzaifah karena mengeluarkan pendapat tersebut. Dalam perjalanan Umar bin Khatab berpapasan dengan Ali bin Abi Thalib yang melihat amarah di wajah Umar bin khatab.

Ali bertanya, “Apa yang telah membuatmu marah, wahai Umar?”, Umar menjawab, “Aku bertemu Huzaifah bin Yaman, lalu bertanya tentang kabarnya pagi ini? Dia menjawab bahwa pagi ini dia membenci kebenaran.”

Ali bin abi Thalib menjawab, “Dia benar. Dia membenci kematian, dan kematian adalah haq (benar).” Umar berkata, “Tidak, dia berkata, “Aku mencintai fitnah.”

Ali menjawab, “Dia benar, dia mencintai harta dan anaknya. Bukankah Allah swt telah berfirman dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak adalah fitnah…(al-Anfal:28).”

Umar berkata lagi, “Wahai Ali, dia berkata, “Aku bersaksi atas apa yang tidak aku lihat.” Ali menjawab, “Dia benar, dia bersaksi atas keesaan, kematian, kebangkitan, kiamat, surga, neraka dan shirath, padahal dia tidak dan belum melihat semua itu.”

Umar berkata lagi, “Wahai Ali, dia berkata, “Sesungguhnya aku menghafal selain makhluk Allah.” Ali menjawab, “Dia benar, dia hapal kitab Allah swt, al-Qur’an dan itu bukan makhluk Allah.”

Umar berkata, “Dia berkata, “Aku bershalat tanpa wudhu.” Ali menjawab, “Dia benar, shalat (shalat memiliki dua arti; shalat dan shalawat, maksud Huzaifah adalah shalawat –Allohuma shalli ala Muhamad wa aali Muhamad-) kepada putra pamanku, Rasulullah saww tanpa harus berwudhu, seperti itu diperbolehkan.”

Umar berkata, “Wahai Aba Hasan, dia berkata lebih dari itu.” “Apa yang dia katakan?” tanya Ali. Umar berkata, “Sesungguhnya di bumi ini, aku memiliki apa yang tidak dimiliki Allah swt.”

Ali menjawab, “Dia benar, dia memiliki anak istri dan Allah tidak memiliki anak dan tidak pula memiliki istri.” Lalu Umar berkata, “hampir saja putra Khatab celaka kalau tidak ada Ali bin Abi Thalib.” Kanji berkata, “Kisah ini banyak dinukil oleh para perawi, disebut oleh para sejarah”. [Kifayah ath-Thalib, Nudzum Durar as-Simthain, Nur al-Abshar, Faraid as-Simthain, Al-Fushul al-Muhimmah Ibnu Shibagh]

[ED, dinukil dari ‘Kenapa Mesti Ali’, karya Medi Fakih Imani halaman 129-130]

Tanggapan

  1. Celakalah orang yang memelihara sikap terburu-buru, telendor, dan mudah menarik kesimpulan atas sebuah fenomena.


  2. subhanallah
    sungguh luas ilmu allh
    seperti yg dinukil ali


  3. Alangkah indahnya apabila semua orang mempunyai fikiran seperti Imam Ali AS, apalagi di era komunikasi seperti sekarang ini dimana komunikasi mampu membangun dan menghancurkan suatu negara…
    pokoke two tumbs up deh…
    afwan


  4. sungguh luas ilmu yg diberikan Rasullullah Saaw kepada Imam Ali sehingga bak kota ilmu maka Ali adalah pintunya… dengan akal yg sehat kita mempertanyakan kenapa Umar menjadi khalifah ???????????….. sungguh islam telah di khianati sepeninggal Rasul suci…isfalana ya nabiAllah

Jumat, 02 Januari 2009

Jelang Operasi Militer Darat Israel ke Gaza: “Seperti Apa Kekuatan Militer HAMAS?” (Bagian Satu)


Sekilas Sejarah HAMAS

Simbol kelompok HAMAS

Simbol kelompok HAMAS

HAMAS adalah singkatan dari Harakat Al-Muqawwamat Al-Islamiyyah atau The Islamic Resistant Movement. Sejarah HAMAS bermula sebagai kelompok paramiliter yang mayoritasnya bermazhab Sunni (Ahlussunnah wal jama’ah), lalu berkembang menjadi sebuah partai politik yang berhasil memenangkan mayorits kursi di parlemen Palestina.

As-Syahid-Syeikh Ahmad Yasin

As-Syahid-Syeikh Ahmad Yasin

As-Syahid Dr. Abdel Aziz al-Rantissi

As-Syahid Dr. Abdel Aziz al-Rantissi

Mujahid Muhammad Taha sesaat setelah dibebaskan dari penjara Israel

Mujahid Muhammad Taha sesaat setelah dibebaskan dari penjara Israel

HAMAS didirikan pada tahun 1987 oeh As-Syahid Syeikh Ahmad Yassin, As-Syahid Dr. Abdel Aziz al-Rantissi, dan Muhammad Taaha yang merupakan sayap atau bagian dari kelompok Ikhwanul Muslimin (Islamic Brotherhood) di Palestina pada saat awal Intifadha berlangsung dari tahun 1987 hingga 1993.

As-Syahid Syeikh Ahmad Yasin beramah tamah bersama Rahbar di Teheran, Iran.

As-Syahid Syeikh Ahmad Yasin beramah tamah bersama Rahbar di Teheran, Iran.

Mesi hanya bersenjatakan batu dan katapel. Inilah permulaan perlawanan bangsa Palestina melalui gerakan Intifadha.

Meski hanya bersenjatakan batu dan katapel. Inilah permulaan perlawanan bangsa Palestina melalui gerakan Intifadha.

Pada Pemilu Palestina tahun 2006, partai politik HAMAS telah berhasil memenangkan 76 kursi parlemen dari 132 kursi yang dicanangkan saat itu. Kemenangan HAMAS di panggung politik bangsa Palestina ini secara langsung telah mengguncang kekuatan Fatah (PLO atau Palestinian Liberation Organization) sekaligus mengubah konstalasi politik di Timur Tengah yang selama beberapa dekade sebelumnya selalu dikuasai oleh PLO.

HAMAS yang sebelumnya selalu dianggap sebagai kelompok paramiliter sempalan, kini layak diperhitungkan sebagai salah satu kekuatan perlawanan bangsa Palestina yang mampu membuat kelompok penjajah Zionis keteteran. Budak-budak Zionis paling setia, seperti Amerika dan Eropa, serta beberapa elit politik Arab di Timur Tengah pun merasa gerah dengan keberhasilan atas pencapaian HAMAS di panggung politik Palestina dan dunia. Simpati, dukungan moral dan finansial dari kaum Muslimin dan juga sebagian masyarakat internasional pun segera mengalir ke HAMAS dan hal itu membuat wajah organisasi PLO tampak seperti “macan ompong”.

Setelah kemenangan HAMAS pada tahun 2006, Hizbullah di Lebanon termasuk Iran pun langsung menyatakan siap untuk mendukung HAMAS termasuk mensuplai HAMAS dengan persenjataan dan military know-how. Tanpa menunda lagi, pada tahun yang sama, militer Israel segera menyerbu wilayah pertahanan Hizbullah di Lebanon Selatan yang awalnya ditujukan untuk melumpuhkan militer Hizbullah, tapi malah berujung dengan kemenangan Hizbullah setelah 30 hari lebih bertempur dan pasukan Israel dipecundangi Hizbullah.

Beberapa Persenjataan HAMAS

1. Rudal Anti Tank Al-Bana dan Al-Yassin

Rudal Albana

Rudal Albana

Rudal Al-Yaasin

Rudal Al-Yaasin

Jangan menganggap enteng rudal jarak pendek yang radius tembaknya hanya sejauh 500 meter ini. Karena meskipun radiusnya hanya 1/2 kilometer, tapi daya ledaknya mampu meluluh lantakkan tank Merkava Israel. Di samping itu, sistem peluncurannya yang sederhana dan hanya mengkonsumsi batere kecil membuat ia sangat sulit dideteksi oleh pihak lawan dan memang sangat cocok untuk pertempuran di dalam kota atau Urban War. Kabar baiknya, rudal yang aslinya buatan Rusia dengan nama PG-2 ini sudah mampu diproduksi secara mandiri oleh HAMAS. Intelijen Israel sendiri memprediksikan bahwa hampir seluruh anggota HAMAS mampu mengoperasikan rudal anti tank ini.

2. Rudal Anti Tank Al-Batar

Al-Batar adalah rudal anti tank jarak jauh yang membawa hulu ledak seberat 3,5 kilogram. Radius tembaknya adalah sekitar 3 kilometer atau 1,7 mil. Meski sudah dikonfirmasi keberadaannya oleh pihak intelijen Israel, tapi hingga saat ini, HAMAS sendiri belum mau memperagakan kekuatan rudalnya yang canggih ini. Sistem pengoperasiannya yang laser guided ditambah daya ledaknya yang besar mengakibatkan sopir-sopir panser Israel ciut dengan rudal HAMAS yang satu ini.

3. Rudal Al-Samoud

Rudal 120mm darat ke darat ini memiliki radius tembak sejauh 8 kilometer. Sangat sedikit sekali informasi yang dimiliki militer Israel mengenai rudal HAMAS yang satu ini. Yani, apakah HAMAS telah memproduksinya secara mandiri ataukah ia masih disuplai dari luar negeri.

4. Rudal Anti Pesawat, UAV, dan Helikopter.

Pada bulan November 2004, HAMAS mengungkapkan kepada media dunia bahwa militer HAMAS kini sedang mengembangkan rudal darat ke udara yang mampu menjatuhkan pesawat-pesawat Israel. Proyek rahasia militer HAMAS ini dipimpin langsung oleh As-Syahid Nasir Rayyan. Meskipun canggih, tapi pengoperasiannya khusus sekaligus membutuhkan kecermatan. Intelijen Israel memprediksikan bahwa Iran dan Hizbullah terlibat atas pelatihan khusus yang diberikan kepada militer HAMAS. Rudal ini berasal dari Rusia dengan nama SA-7 dan telah beberapa kali digunakan Hizbullah untuk merontokkan helikopter dan UAV Israel.

5. Rudal Hawkeye

Rudal ini telah berhasil dikembangkan secara mandiri oleh Brigade Syuhada Jenin. Ia memiliki jarak tembak sejauh 55 kilometer dan memapu membawa hulu ledak seberat 5 kilogram.

6. Rudal Kafah

Menurut laporan intelijen bahwa rudal ini awalnya dikembangkan oleh milisi FATAH dan pada November 2004 pernah digunakan untuk merangsak pertahanan Israel di Netzarim. Pada Oktober 2005, Brigade Syuhada Al-Aqsha mengumumkan bahwa mereka telah memodifikasi rudal ini dan menamakannya Al-Aqsha 3. Rudal ini memiliki jarak tembak sejauh 17 kilometer.

7. Rudal Nasser

Rudal ini memiliki beberapa klasifikasi, dari yang jarak pendek, menengah, hingga jarak jauh. Rudal yang sudah dimodifikasi HAMAS ini memiliki daya ledak dua kali lebih kuat dari aslinya. Pada 28 Juni 2004, rudal ini berhasil menewaskan dua tentara Israel yang diklaim Israel sebagai warga sipil.

Rudal Jarak Menengah Nasser 3

Berat: 30 kg
Panjang: 160 cm
Diameter: 90 mm
Radius: 9 km
huku Ledak: 9-10 kg

Rudal Jarak Pendek Nasser 3

Berat 25 kg
Panjang: 125 cm
Diameter: 90 mm
Radius: 6 km
Hulu Ledak: 9-10 kg

Rudal Jarak Jauh Nasser 3

Berat: 40 kg
Panjang: 180 cm
Diameter: 115 mm
Radius: 9 km
Huku Ledak: 9-10 kg

Bersambung … ;)

Kamis, 01 Januari 2009

NASRULLAH, SINGA HIZBULLAH





Hasan bin Abdulkarim Nasrullah lahir di dusun miskin, Bazuriyah, Lebanon Selatan, pada Agustus 31 1960. Ia menyelesaikan studi tingkat dasar di Madrasah an-Najah lalu melanjutkannya di madrasah Sin al-Fil. Saat menuntut ilmu inilah, Hasan Nasrullah bertemu dengan para aktivis milisi Amal, sebuah organisasi semi-militer yang didirikan Sayyid Musa Shadr. Karena kepribadian dan militansinya, ia ditunjuk sebagai ketua Amal di dusun tersebut sambil melanjutkan studi tingkat menengah di sekolah milik pemerintah di Shur.

Di Shur, ia berkenalan dengan Sayyid Muhammad Gharawi yang menjadi guru agama di mesjid Musa Shadr. Berkat bantuan Gharawi, pada 1976, Nasrullah yang baru berusia 16 tahun berkesempatan pergi ke Najaf, pusat keagamaan Syiah (hawzah) untuk memulai pendidikan agama. Di kota tersebut, ia bertemu dengan Sayyid Muhammad Baqir Shadr. Kefasihannya berbahasa Arab sangat menarik perhatian Sayyid Baqir Shadr. Maka, Hasan Nasrullah pun diperkenalkan Sayyid Baqir Shadr dengan Sayyid Abbas Musawi. Pertemuannya dengan Abbas Musawi menjadi titik tolak monumental dalam sejarah Lebanon yang berujung pada pendirian Hizbullah Lebanon pada 1982.

Sayyid Muhammad Baqir Shadr meminta Sayyid Abbas untuk membimbing dan menjamin seluruh kebutuhan hidup Hasan Nasrullah. Abbas Musawi yang dikenal sebagai guru yang amat disiplin telah mendidiknya secara intens bahkan pada masa libur musim panas. Inilah yang menyebabkan proses studi Nasrullah berjalan singkat dan berhasil menyelesaikannya secara gemilang pada 1978.

Pada masa tersebut, iklim politik Irak mulai mengalami perubahan secara umum, ketika penguasa rezim Baath melakukan intimidasi atas para pelajar hawzah dari pelbagai negara. Kondisi para pelajar Lebanon lebih buruk karena kerap menjadi sasaran pengintaian para agen rezim. Ini karena mereka dianggap bergabung dengan organisasi-organisasi yang dilarang di Irak, seperti Partai Dakwah.

Pada suatu hari, aparat keamanan Baath melakukan penggerebekan ke mesjid tempat Nasrullah belajar dan menculik Sayyid Abbas Musawi serta sejumlah muridnya untuk mendeportasi mereka ke Lebanon. Untungnya, saat peristiwa itu terjadi, Nasrullah tidak berada di tempat. Kesibukannya dalam aktivitas politik Amal dan situasi politik Irak yang makin buruk inilah yang membuatnya mengambil keputusan untuk kembali ke Lebanon.

Selama di Lebanon, kepribadian, semangat, dan militansi Hasan Nasrullah sangat menonjol sehingga dipercaya sebagai penanggung jawab Amal di Beka. Ini posisi penting dan cermin kredibiltas serta integritas moral yang tinggi.

Pada 1982, Zionis Israel melakukan agresi ke Lebanon. Amal pun retak menjadi dua kubu: kubu kiri pimpinan Nabih Barri, ketua Parlemen Lebanon, mengusulkan aliansi dengan Front Penyelamatan Nasional sementara kubu kanan, pimpinan Sayyid Abbas Musawi, menentangnya. Setelah kompromi buntu, dua kubu itu pun pecah. Para pendukung kubu kanan menjadikan Iran sebagai patron dan penyuplai dukungan material dan spiritual karena invasi Israel ke Lebanon terjadi pada masa-masa awal revolusi Islam Iran. Tidaklah mengherankan bila kubu ini akhirnya menyatakan keluar dari Amal karena menganggap Amal telah melenceng dari visi yang digariskan Musa Shadr.

Sejak saat itulah, volume perlawanan terhadap pendudukan Israel dimulai seiring dengan meluasnya tradisi ‘kesyahidan’ dan ‘jihad di jalan Allah’ sebagai moto aksi yang diimbangi dengan program pengkaderan secara massif dan terstruktur.

Sebenarnya alasan utama penentangan kubu kanan untuk bergabung ke dalam Front Penyelamatan Nasional adalah keberadaan Bashir Gamayel yang dicurigai menjadikan front aliansi tersebut sebagai kendaraan politik untuk mencapai kursi kepresidenan. Alasan lain adalah kedekatan Bashir dengan rezim Israel.

Inilah bibit pertama lahirnya Hizbullah Lebanon. Para pendukung Abbas Musawi berkerja keras mengajak para pemuda Lebanon untuk keluar dari Amal pimpinan Nabih Barri dan bergabung ke dalam organisasi baru bernama Hizbullah. Organisasi ini pun mengalami kemajuan pesat dan kini menjadi salah satu partai terkuat di Lebanon, bahkan di dunia Arab dan Islam.

Pada periode kelahiran Hizbullah, Nasrullah yang baru berusia 22 tahun belum menjadi salah satu pimpinan terasnya. Tugasnya saat itu hanya memobilisasi para pejuang dan membangun sel-sel militer yang kelak sangat ditakuti kalangan militer Israel di Lebanon Selatan.

Beberapa waktu kemudian Nasrullah ditunjuk sebagai wakil penanggung jawab wilayah Beriut menggantikan Ibrahim Ahmad Sayyid, mantan anggota parlemen dari fraksi Hizbullah. Sejak memegang jabatan itu, karir Nasrullah melesat. Kemudian ia menjadi penanggung jawab wilayah Beirut. Lalu ia dipercaya sebagai penanggung jawab eksekutif yang bertugas menerapkan keputusan-keptusan Majelis Syura. Namun, jabatan ini dirasakan banyak pihak kurang cocok dengan potensinya. Maka, ia menyerahkan jabatan itu kepada Syeikh Na’im Qasim dan melanjutkan studi di Qom, Iran. Namun, situasi politik di Lebanon yang kian membara, terutama konflik antara Hizbullah dan Amal yang kian meluas, membuatnya harus kembali.

Sekembali dari Iran, ia tidak mempunyai jabatan tetap. Ketika Sekjen Hizbullah, Sayyid Abbas Musawi, syahid akibat serangan Isarel pada 1992, Nasrullah pun terpilih sebagai sekjen meski usianya saat itu masih sangat muda. Namun, jiwa kepempimpinan dan sikapnya yang militan telah memainkan peranan penting dalam penguatan posisi Hizbullah dalam peta politik Lebabon dan Timur Tengah secara umum. Setelah berjalan beberapa bulan sejak peristiwa pembunuhan Sayyid Abbas Musawi, Hasan Nasrullah mengubah Hizbullah menjadi sebuah kekuatan politik. Meskipun baru menjadi partai politik, ia berhasil membuat Hizbullah meraup suara yang cukup besar, terutama di propinisi bagian Selatan dan Beka. Jumlah pendukungnya makin besar dalam pemilihan legislatif pada 1996, 2000, dan 2005.

Nasrullah percaya bahwa Islam adalah solusi bagi masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Suatu ketika, ia menyatakan, "Menyangkut kita, secara ringkas, Islam bukan sekedar agama yang meliputi shalat dan doa tetapi juga risalah Ilahi yang dirancang bagi umat manusia. Islam mampu menjawab setiap pertanyaan yang orang ajukan ihwal kehidupan individu dan sosialnya. Islam adalah agama yang dirancang bagi suatu masyarakat yang bisa melakukan revolusi dan membentuk sebuah negara."

Nasrullah berulang kali mengalami usaha pembunuhan Israel. Rumah dan kantornya dihancurkan serangan bom Israel selama krisis Lebanon-Israel pada 14 Juli 2006. Sebelumnya, ia sudah kehilangan putra tertuanya, Muhammad Hadi, yang syahid setelah dibom tentara Israel pada September 1997.

Ia mempunyai seorang istri, Fathimah Yasin, dan dikarunai lima anak, yaitu Muhammad Hadi, Muhammad Jawad, Zainab, Muhammad Ali, dan Muhammad Mahdi.

Kini mata dunia tertuju kepada sosok kharismatik ini. Hasan Nasrullah bersama beberapa pemuda Hizbullah nyaris berjuang sendirian menghadapi agresi Israel yang didukung Amerika dan ditonton sebagian besar negara Arab. "Kita akan membuktikan bahwa darah akan mengalahkan pedang di sini," katanya dalam ceramah beberapa waktu lalu.

Semoga hati umat Islam, terutama di Indonesia, tergugah dan mengenyampingkan perbedaan mazhab seraya berteriak bersama menentang skenario adu-domba Syiah dan Sunni serta memberikan dukungan moral kepada setiap pejuang sejati.