Sebenarnya telah banyak buku yang ditulis berkenaan dengan revolusi ini, mulai dari Brown hingga Foucoult. Sebagiannya dengan kajian yang cukup obyektif, kendati banyak pula dengan latar yang agak subyektif. Bahkan sebagian yang lain memandang revolusi ini dengan "kacamata buram" dengan meminggirkan peran ulama dan menyebutnya sebagai bersifat ekspansionis.
Kalau diperhatikan, terdapat banyak definisi berkenaan dengan kata "revolusi". Ini diakibatkan oleh banyaknya sudut pandang yang dapat diberikan terhadap makna kata itu. Secara leksikal misalnya dikatakan bahwa revolusi adalah pembalikan yang menempatkan bagian bawah di bagian atas dan bagian atas menjadi di bawah, dan secara filosofis, ia bermakna perubahan dari suatu wujud ke wujud yang lain (secara substansial). Sementara, secara politis, ia diartikan sebagai perubahan tiba-tiba dari suatu bentuk pemerintahan ke bentuk pemerintahan yang lain.
Begitulah, setiap orang dapat pula memberikan makna yang khas terhadap revolusi. Namun, paling tidak, kita dapat menyebutkan empat ciri-khas yang dapat memasukkan sebuah perubahan sebagai sebuah revolusi, yaitu: Pertama, adanya pastisipasi masyarakat secara luas. Kedua, terjadinya kondisi chaos (kerusuhan). Ketiga, penghancuran system atau nilai lama. Keempat, pengambilalihan kekuasaan.
Dengan empat kriteria di atas, maka dapat disebutkan beberapa perubahan di sejumlah negara sebagai sebuah revolusi, yaitu Revolusi Prancis, Revolusi Rusia, Revolusi China, Revolusi Cuba, dan Revolusi Islam Iran. Ini berarti, tak semua perubahan yang terjadi masuk dalam kategori sebuah revolusi, dan masuk dalam kategori tersendiri, seperti kudeta (yang hanya melibatkan sejumlah kecil orang), pemberontakan (yang hanya menuntut pemenuhan hak tertentu), reformasi (yang hanya menuntut perbaikan), ataupun gerakan kemerdekaan (dan separatisme).
Berkait dengan persoalan apakah sebuah revolusi dapat diciptakan, terdapat dua aliran pemikiran tentangnya. Kelompok pertama dari kalangan Strukturalisme menafikan kemungkinan untuk menciptakan sebuah revolusi. Ibarat sebuah pohon, maka ketika buahnya telah matang, ia akan jatuh dengan sendirinya. Tak ada rekayasa apapun yang dapat dilakukan. Namun bagi kalangan kedua, yakni aliran Fungsionalisme, sebuah revolusi dapat diciptakan secara sadar. Pasca Revolusi Islam, banyak penganut Strukturalisme yang beralih menjadi penganut Fungsionalisme.
Bagi Syahid Muthahhari, penyebab sebuah revolusi dapat berupa faktor-faktor materi ataupun non-materi, yaitu factor ekonomi, kebebasan, atau upaya untuk membentuk sebuah negara ideal. Dan Revolusi Islam didasarkan oleh sebab ini.
Kalau diruntut, kita dapat menemukan empat periodisasi dari Revolusi Islam di Iran, yaitu:
1. Periode antara tahun 1340 – 1343 HS.
Dalam periode ini, dua orang ulama terkemuka, yaitu Ayatullah Burujerdi dan Ayatullah Kasyani wafat. Imam Khomeini setelah ini langsung terlibat dalam kancah politik. Beliau menyatakan bahwa memisahkan politik dan agama adalah batil, taqiyah hukumnya haram, dan beliau langsung menunjuk Syah dan Amerika sebagai sumber kerusakan. Namun Imam menolak cara militer dan menggunakan metode Imam Ali Zainal Abidin.
2. Periode antara tahun 1343 – 1356 HS.
Dalam periode ini Imam banyak sekali mengalami pengasingan (pembuangan), di antaranya ke Turki (10 bulan), Irak (13 tahun), dan beberapa bulan di Kuwait dan Prancis. Kendati demikian, Imam tetap membangkitkan semangat rakyat dari luar negeri dan mencetak kader-kader yang kemudian diterjunkan langsung ke tengah masyarakat.
3. Periode antara tahun 1356 – 1357 HS.
Periode ini dimulai saat Imam pulang dari pengasingannya dari Paris. Dalam periode ini, Imam banyak mengalami cobaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Di sini Imam berjuang sangat keras dan memperkuat basis-basis Revolusi.
4. Periode antara tahun 1357 hingga 10 tahun kemudian, yang terbagi dalam 4 masa, yaitu:
a. Masa pemerintahan Kaum Liberal.
b. Masa perpaduan antara kaum liberal dengan para pengikut garis Imam.
c. Masa pemerintahan orang-orang yang mengikuti garis Imam.
d. Disebut sebagai revolusi kedua, yaitu kemenangan mutlak orang-orang yang mengikuti garis Imam.
Begitulah, setiap revolusi memiliki dasar, yaitu kepemimpinan, ideology, dan (partisipasi) rakyat. Dan dalam Revolusi Islam Iran, ketiga dasar ini berada pada puncaknya yang tertinggi. Wallahua'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar